Cerpen: Slendrina The Cellar : Where!?


Slendrina, Adalah sebuah seri permainan video mobile android yg bertemakan survival horor, di game ini kamu akan berada pada sebuah labirin bawah tanah yg menyeramkan. Tugas utama dalam game ini adalah mengumpulkan buku untuk nanti sebagai kunci kita untuk membuka pintu utama. Namun tak mudah untuk mendapatkan buku ini karena slendrina akan selalu menghalangi player, jika player tidak sigap. Maka permainan akan selesai dan playerpun harus mengulang dari awal karena memang di dalam game ini player tidak akan bisa menyimpan savestat selama permainan berlangsung. Artinya player hanya punya 2 pilihan, memenangkan game, atau game over.
Kali ini tidak akan berbagi file gamenya, tapi kali ini saya (admin staro) akan membagikan hasil tulisan saya berupa cerpen yg di adaptasi atau terinspirasi dari game horor ini. Tidak perlu berlama-lama langsung saja ini dia. Selamat membaca
Slendrina the cellar: where?

By: Wiko Staro Seftian

Prolog.

Malam itu seorang remaja bernama parno baru saja selesai bermain game, game yg di mainkannya adalah game horor yg sangat menyeramkan, slendrina. Sudah berulang kali ia memulai chapternya namun selalu gagal, saat di hadapkan dengan ruangan penuh rak buku ia seakan tak tahu jalan kembali dan kemudian game over di sana.

Malam semakin larut, parno pun juga sudah mengantuk, akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri permainan yg belum selesai itu. ponsel nya langsung ia matikan kemudian ia mulai tidur.
***
Tak berselang lama parnopun terlelap dalam tidurnya. Namun apa yg ia rasakan, ia merasa di kejar-kejar oleh sosok menyeramkan berbaju putih.

"aaaarrhh!" parno terbangun dari tidurnya

"apa? Di mana ini?" saat saat ia sadar, ia menyadari kalau sebenarnya tempat ia berdiri sekarang bukanlah kamarnya.
parno melirik ke kiri dan ke kanan ke seisi ruangan, benar-benar gelap, tiba-tiba tangan nya menyentuh sesuatu.

"apa ini?" ia mencoba menerka-nerka benda yg di pegangnya itu

"tek!" itu sebuah senter, senter tua yg terbuat dari bahan logam, terasa dingin di tangan parno. Dengan perasaan yg masih bingung, parno mulai menyorotkan senternya perlahan ke segala arah. ke kiri, ke kanan. Benar saja ini bukanlah kamar parno, tempat ini menyeramkan, ruangan yg sempit dan pengap, pintu-pintu kayu yg sudah tua, kemudian lantainya yg kotor bersimbah darah, parnopun menyeringai merinding, ia menyadari sesuatu, kalau sebenarnya ia sedang ada di dalam tempat, persis seperti di dalam game slendrina yg ia mainkan tadi malam.
"tidak mungkin!" parno yg mulai panik kemudian menampar dan mencubit dirinya sendiri, berharap ini mimpi. Namun sekuat apapun ia melakukannya, Ia tetap tak terbangun, ia tak percaya kalau ini nyata. tiba-tiba hawa dingin merasuk ke dalam tubuhnya, ia merasakan kalau sesuatu yg menakutkan sedang mendekat, kemudian dari arah kiri tepatnya di balik pintu terdengar suara langkah kaki yg berat. Tubuhnya kembali merinding, saat ia mengarahkan senter ke arah kiri...



"ngaaaaarrrgghhh!!!" tiba-tiba sesosok perempuan tinggi menyeramkan mendekatkan wajahnya, tangannya yg panjang itu memegang bahu kanan dan kiri parno, betapa terkejutnya parno melihat sosok itu secara langsung, itulah slendrina!. Kemudian selanjutnya dengan sigap parno segera memalingkan wajah dan melepas genggaman sosok itu dari tubuhnya.

senter yg ia bawa itu menunjuk ke arah pintu kayu di seberang tempat slendrina itu keluar, dengan adrenalin tinggi yg memuncak parno secara otomatis berlari ke pintu itu, membukanya kemudian menutupnya rapat-rapat.

"haaaah, haaaah" desah parno mencoba mengatur nafasnya, seluruh tubuhnya gemetaran, ia tak percaya kalau sebenarnya slendrina itu ada. Tapi kejadian tadi mengubah pandangan parno 160 derajat, ia percaya kalau ini nyata, ia percaya kalau ia tengah berada dalam labirin bawah tanah, dan untuk menyelesaikan ini, ia tau, ia harus menyelesaikannya sama seperti di dalam game.
***
Parno terus berjalan menyusuri labirin yg gelap ini, hanya bermodalkan sebuah senter parno menelusuri lorong demi lorong, tubuhnya masih gemetaran, ia mencoba menyelaraskan pikiran normalnya dengan segala aspek-aspek yg ada di dalam game. Ia kemudian mengingat beberapa peraturan, peraturan pertama jangan pernah berbelok arah atau slendrina akan menangkapmu, peraturan kedua jika bertatapan dengan slendrina jangan lebih dari 2 detik atau ia akan memakanmu. Peraturan ke tiga jika bertemu jalan buntu jangan berbalik, berjalan mundurlah. Hanya itu yg parno ingat selama ia bermain game, setidaknya peraturan konyol ini bisa membantunya selamat dari tempat ini.

"haa?" ucap parno tiba-tiba saat ia mendengar suara.

"tolooong..." itu suara laki-laki, parno kembali merinding ia mulai menduga yg bukan-bukan. Parno mencari asal suara itu, semakin ia melangkah semakin jelas suara itu

"tolooong... Tolooong" langkah parno terhenti di sebuah pintu kayu, ia bisa mendengar suara itu sangat jelas, tangan nya perlahan menyentuh pintu kayu itu, ia ragu untuk mendorongnya
"tolooong, siapa saja..."

"clekkk!" parno mulai membuka pintu itu

"srrrrttthh..." pintu itu terbuka perlahan sampai akhirnya

"dubrak!" parno menendang telak pintu itu membuatnya terbuka sepenuhnya

"uwaaaah!" bersamaan dengan itu terdengar suara seorang pria

"hei, apa kau baik-baik saja?" ucap parno ketika mengetahui ada orang lain disini

"apa?" jawab pria misterius itu

"bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya parno

"aku tidak tau, kau sendiri bagaimana bisa ada di sini" jawab pria misterius itu

"aku juga tidak tau, sepertinya kita berdua berada dalam labirin bawah tanah yg berhantu" ujar parno perlahan

"aku melihatnya, dia sangat menyeramkan!" sahut pria itu tiba-tiba

"slendrina. Ya aku juga melihatnya" jelas parno

"kau harus pergi, kita harus mencari jalan keluar dari tempat ini"
"ya aku tau, hanya ada satu pintu yg menuju jalan keluar, tapi pintu tidak akan terbuka kalau kita tidak memegang 8 buku misterius"

"apa?, dari mana kau tau itu?" tanya pria misterius itu lagi

"aku tau tentang tempat ini, sebaiknya kita segera mencari buku itu, tapi sebelum itu, beri tahu aku siapa namamu?" ujar parno menjelaskan tentang dirinya

"kau bisa memanggilku udin, semoga kita bisa menjadi rekan yg hebat." pria itu memperkenalkan diri

"baiklah udin, aku mohon bantuanmu, namaku parno"
"ok parno. Tunggu parno, apa itu?" ucap udin tiba-tiba menunjuk ke arah belakang parno. Tentu saja parno tidak berbalik melainkan berjalan mundur.
Saat mengetahui apa yg ada di atas meja mata parno terbelalak.

"ini bukunya!"

"apa?!" respon udin reflek segera melesat ingin mengambil buku itu.

"tunggu!" ucap parno tiba-tiba menghentikan udin yg hampir saja menyentuh buku itu

"jangan sembarangan menyentuhnya"

"apa? Kenapa?" tanya udin bingung

"peraturan nomor empat, bersiaplah saat kau semakin dekat dengan buku maka kau akan semakin dekat dengan slendrina" ujar parno yg seketika mengingat peraturan berikutnya

"apa? Benarkah itu?" udin keheranan dengan rekannya yg seakan tahu segalanya ini

"aku tidak tahu pasti, tapi jika itu benar, habislah riwayat kita. Melihatnya sekali saja sudah membuat mati rasa apalagi melihatnya berkali-kali. ada delapan buku, artinya ada delapan kali pertemuan." parno memprediksi apa yg akan terjadi

"apa? Sial. Kalau begitu jadinya bagaimana kita bisa mengumpulkan semua bukunya?" jawab udin yg mulai geram

"kita memang tidak bisa mengumpulkan buku dan membawanya, tapi..." parno menghentikan kalimatnya

"tapi...?"

"tapi, kita bisa menandai tempat ini untuk nanti." lanjut parno

"apa? Apa maksudmu?" tanya udin tidak mengerti dengan kata-kata parno

"maksudku adalah, kita bisa menandai tempat ini, kemudian saat kita sudah menemukan ke delapan lokasi buku kita juga harus menandainya. barulah setelah itu kita mengambil buku mulai dari yg paling jauh dengan pintu utama, kemudian berlari untuk mengambil buku-buku lainnya, jika kita sudah menandai tempat-tempat di mana buku itu berada, tidak akan sulit untuk mengambilnya dan resiko bertemu slendrinapun bisa di minimalisir." ujar parno menjelaskan strateginya

"waw itu rencana yg hebat, jadi kita belum mengambil bukunya tapi menandai tempatnya, kemudian saat kita sudah menandai ke delapan tempatnya barulah kita mulai mengambili bukunya dari yg paling jauh. Kau memang jenius" ucap udin menyimpulkan rencana parno

"baguslah jika kau mengerti, yg aku tau, slendrina tidak bisa berjalan apa lagi berlari, ia hanya bisa menghilang dan muncul tiba-tiba. Jika kita terus berlari tanpa berhenti slendrina tidak akan muncul, karna ia butuh objek yg diam untuk bisa menampakkan diri." ucap parno menambahkan informasi dari otaknya yg sudah ia selaraskan dengan aspek-aspek sewaktu ia bermain game

"kalau begitu tunggu apa lagi. Ayo kita segera mulai pencariannya" seru udin yg tiba-tiba terpompa semangatnya

"tidak tunggu dulu, masih ada hal yg harus kita persiapkan"

"benarkah? Apa itu?" udin kembali memasang muka serius

"kita butuh dena tempat ini, agar kita bisa tau selukbeluk, ruangan, lorong, dan jalan buntu dalam labirin ini." jelas parno. Udin kembali bingung, apa yg di katakan parno benar, tidak mungkin bisa semudah itu membedakan ruangan yg berbuku dengan yg kosong, mengingat di dalam labirin ini ada banyak sekali ruangan dengan pintu yg sama.

"kalau begitu kita harus mencari denanya"

"saran yg bagus. Tapi yg aku tau, labirin ini tidak ada denanya" ucap
parno lagi-lagi membuat udin terdiam
"aduh kalau begitu macam mana ini" gumam udin mulai geram lagi

"jangan hawatir, kita bisa membuat denanya, aku melihat sebuah kertas besar dan sebuah pena di samping kau berdiri"

"apa? Di mana?" reflek udin langsung menoleh ke kiri dan ke kanan mencari-cari benda yg di maksud

"oh ini" udin menemukannya di atas meja. Namun sesaat sebelum ia menyentuhnya iapun berhenti

"apa tidak apa-apa?" tanya udin

"entahlah?" jawab parno singkat

"aku serius" ucap udin lagi

"aku benar-benar tidak tahu" ujar parno mencoba meyakinkan udin

"humm baiklah" tanpa basa basi lagi, udin segera mengambil kertas dan pena itu.

Seketika ruangan itu senyap keduanya tak bergerak seperti menunggu sesuatu terjadi

"tek!"

"uwaaaaaaahhh!?" sontak keduanya langsung terkejut dengan suara itu, parno mengarahkan senternya ke arah asal bunyi itu. Ternyata ada tikus di sana, itu hanya tikus yg terjatuh dari atas lemari besar

"waaaaahh, ya ampun ku kira apa"

"hahaha, dasar penakut" umpat parno

"heiheihei bukankah kau tadi juga berteriak, teriakanmu bahkan lebih perempuan, hahaha" balas udin tidak kalah pedasnya

"Baiklah-baiklah, ayo kita segera mulai penelusurannya, kau yg membuat denanya ya"

"apa? Kenapa harus aku?"

"tulisanku jelek" jawab parno seadanya yg langsung beranjak meninggalkan udin

"apa? Kita kan menggambar bukan menulis..." umpat udin dalam hati yg akhirnya menerimanya juga, udin segera turut beranjak mengikuti parno
***
satu setengah jam lebih berlalu sejak mereka mulai menelusuri labirin ini, lorong demi lorong di lalui. keringat dingin bercucuran di dahi keduanya, memang di tempat ini tak terlihat ada lubang udara, mungkin karna memang tempat ini berada di bawah tanah.
Hanya bermodal senter dan dena yg mereka buat, mereka membuka pintu demi pintu ruangan. Tak jarang mereka seringkali menemukan ruangan kosong. Bahkan sudah empat kali mereka menemukan jalan buntu. Ada beberapa pintu terkunci yg harus di buka, dan sangat sulit untuk menemukan anak kuncinya. Sejauh ini mereka sudah menandai lima lokasi, itu berarti mereka sudah menemukan lima buku. Namun dalam pencarian buku yg ke enam ini, kedua nya sudah merasa lelah terus berjalan tanpa berhenti.

"aduh, istirahat dulu, aku benar-benar sudah tak kuat berjalan lagi..." keluh udin yg mulai kelelahan

"kita tidak bisa berhenti, atau slendrina akan melihat kita" ujar parno yg masih serius menelusuri jalan

"oh ya ampun" jawab udin datar

"sungguh dia ini menyebalkan" udin hanya bisa mengatakan begitu dalam hati nya

"tunggu!" ucapan parno itu berhasil membuat udin terkejut, parno menghentikan langkah kakinya dan terdiam

"ada apa?!" sontak udin turut berhenti

"aku menemukan bukunya"

"apa? Dimana!?" udin langsung merespon

parno mengarahkan senternya ke ujung lorong

"ya itu bukunya!" seru udin langsung bersemangat

"bukan, tapi lihat bayangan di sampingnya"

Udin memfokuskan matanya, dan benar saja. Ada sesosok bayangan hitam tinggi tepat di samping kiri buku itu.Hawa dingin tiba-tiba merasuk ke tubuh udian.

"a a apa itu dia??" udin terbata-bata

"ya. Mungkin saja." jawab parno singkat. Meskipun sebenarnya juga takut, parno tetap mencoba untuk menenangkan dirinya

"aku menemukan sesuatu yg lain"

"apa itu?" tanya udin yg masih gemetaran

"sosok itu seperti memegang sesuatu" ujar parno masih fokus melihat sosok itu, dari bayangan itu terlihat jelas kalau itu perempuan

"aku yakin itu slendrina" ujar parno semakin membuat udin gemetar

"ap..." belum sempat udin berkata

"ayo kita lihat lebih dekat" potong parno yg mulai berjalan maju perlahan

"apa?! Orang ini memang gila" umpat udin lagi, kali ini dia benar-benar tidak mau maju, tapi semakin parno menjauh semakin gelap tempat ia berdiri karna parno lah yg memegang senternya

Parno perlahan mendekati bayangan itu, semakin ia mendekat semakin jelas, sosok itu berdiri dengan kedua kakinya dan ia punya rambut panjang yg terurai, di dadanya ia terlihat mendekap sesuatu, benar-benar seperti buku yg mereka cari.

"hei parno tunggu aku!" seru udin di belakang yg ternyata turut mengikutinya. Perlahan-lahan sosok itu terlihat, dari ujung rambut sampai ujung kaki, tidak salah lagi, itu slendrina!

parno dan udin gemetaran melihat sosok itu secara langsung meskipun itu dari kejauhan, slendrina itu menatap kosong ke depan, ia tak bergerak, sebenarnya bola matanya sudah tidak ada!

"a a ayo kita lari!" ucap udin spontan

"tidak! Ketiga sisa buku ada di sini! Satu di lantai kemudian dua di slendrina" jelas parno mencoba menenangkan udin, walaupun sebenarnya ia juga merasakan ketakutan yg luar biasa

"lalu bagaimana cara kita mengambilnya" tanya udin

"aku punya rencana, tapi sebelumnya kau harus mengecek lorong di kanan itu" ujar parno sembari mengarahkan senternya ke arah lorong yg ada di kanan mereka

"aku?! Kenapa aku!?"

"karena tak ada orang lain, yg satu harus tetap mengawasi slendrina dan memastikan ia tetap di sana bersama dua buku itu" jelas parno

"baiklah, tapi kau harus memberikan senter itu padaku" parno terlihat menimbang-nimbang

"baik aku percayakan padamu" ia memberikan senter itu dan rencanapun di mulai.

Perlahan udin berjalan, ujung lorong ini tak terlalu jauh membuat udin tiba ke ujung lorong itu dengan cepat. Ia menyorotkan senternya ke sebelah kiri dan mendapati lorong lagi. Di sana Udin melihat kalau lorong itupun juga akan berbelok ke kiri yg artinya mungkin saja itu akan menembus tempat slendrina berdiri. Udin tak berani untuk meneruskan ke sana, ia lebih memilih untuk kembali ke tempat parno.

"bagaimana?" tanya parno segera saat udin kembali

"ya, aku menemukan lorong di sana yg mengarah ke depan kita dan lorong itupun juga berbelok ke kiri seakan ingin membentuk persegi empat" udin mencoba menjelaskan apa yg ia lihat

"bagus! kalau begitu lorong ini sama saja memutar" respon parno kali ini ia menunjukkan senyum tipis, apa yg di rencanakannya?

"lalu apa sekarang?" tanya udin yg tidak mengerti

"dengarkan rencanaku, ini adalah lorong memutar, artinya jika kau menerusi lorong ini, berbelok ke kiri, belok lagi ke kiri, maka sebelum kau berbelok ke kiri lagi posisi mu ada di tempat slendrina berdiri sekarang, kemudian saat berbelok lagi ke kiri, kau akan kembali ke titik ini. Kau mengerti?" jelas parno. Udin yg sebenarnya tidak mengerti hanya mengangguk

"bagus sekarang rencananya adalah... Kita memancing slendrina keluar." ucap parno singkat

"apa!? Yg benar saja?!" sontak udin terkejut dengan rencana gila parno

"ya, ini benar" parno hanya menjawab datar wajahnya masih serius nampak meyakinkan

"tidak tidak, aku tidak bisa mengikuti rencanamu yg satu ini. Lagipula apa kau yakin ini akan berhasil?"

"kita tidak tau jika tidak di coba." jawab parno lagi

"jika ini gagal?" tanya udin yg benar-benar tidak yakin

"aku membuat rencana ini dengan beberapa alasan. Pertama, slendrina tidak bisa berjalan apalagi berlari, ia hanya bisa menghilang dan muncul tiba-tiba. Kedua, sisa dua buku ada di tangan slendrina, kita harus membuatnya melepaskan buku itu apapun yg terjadi, dan dengan memancingnya aku yakin ia akan menghilang dan melepaskan buku itu. Jika dia ingin menyerang mangsanya, dia harus memegang baru korban nya lalu memakan kepalanya, itu berarti, tidak mungkin slendrina akan membawa buku itu saat mengejar korbannya, aku yakin ia akan meninggalkan buku itu."
Penjelasan parno yg benar-benar rinci itu berhasil membuat udin berfikir kembali. Ia benar-benar tersihir akan kejeniusan parno dalam membuat strategi, udin berfikir, apakah parno seorang ahli taktik perang? Hampir semua rencana yg ia katakan benar-benar meyakinkan. Udin pun akhirnya menyetujui rencana ini juga.

"baiklah, jika tidak ada jalan lain, aku akan mengikutinya." jawab udin akhirnya. Parno sekarang benar-benar tersenyum mendengarnya

"baiklah kalau begitu, kita harus melakukan ini dengan cepat, berlarilah dan jangan berhenti saat kita sudah memegang ke delapan buku, jangan berpencar, sumber cahaya kita hanya satu, selalu lihat dena nya saat kita berlari kembali jangan sampai kita salah masuk ruangan, dan yg paling penting jangan sampai ada kesalahan. Sedikit saja kesalahan bisa membuat kita dalam bahaya." parno memperingatkan apa-apa saja yg harus di siapkan, udin juga menyimak dengan seksama.

"bagus, jika sudah siap, ayo kita lakukan." ucap parno

"ya, ayo, segera kita selesaikan labirin ini."p
Setelah penyusunan rencana yg matang, parno dan udin siap menjalankan tugas masing-masing.
Parno Akan berperan sebagai umpan dan udin akan mengambil bukunya. Saat slendrina pergi udin segera mengambil buku dan berlari meninggalkan tempat ini. Ia harus menunggu parno muncul di lorong kiri tadi karena parno yg memegang senternya. Begitu mereka bertemu mereka akan langsung pergi untuk mengumpulkan semua bukunya. Tak ada yg tahu kemungkinan apa yg akan terjadi, namun yg pasti mereka harus bisa lolos dari slendrina, rencanapun di mulai.

"apa kau siap?" tanya parno

"aku selalu siap" udin menjawab dengan lantang

"bagus, kita mulai rencananya"

"baik" jawab udin

Parno mulai melangkah menelusuri lorong di kanan, kemudian berbelok ke kiri, tangannya gemetaran, suara sangat sepi di sana, bahkan ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Perlahan ia hampir menuju ujung lorong ini, saat ia melihat kekiri benar saja, lorong ini memutar, slendrina berdiri di sana dengan tatapan kosong, parno melihat ke arah slendrina itu, benar-benar menakutkan, rambutnya yg panjang kusut, matanya yg sudah tidak ada, mulutnya yg terbuka ke bawah, dan yg paling mengejutkan ia tidak mempunyai kaki, tubuhnya nampak melayang.



Setelah mengumpulkan sisa keberaniannya. Parnopun menampakkan dirinya dari balik lorong.

Tapi apa yg terjadi, sosok slendrina itu tidak merespon, ia masih terdiam mematung di sana. Parno mendekat sedikit demi sedikit. Kemudian yg terjadi adalah.




"ngaaaaarrrgggh!" tiba-tiba slendrina berbalik dan menerkam parno, ia memegangi kuat bahu parno dan menatap dengan mata kosongnya. Parno terkejut tapi segera berpaling dan berteriak
"sekaraaang!!!" sinyal parno itu terdengar oleh udin yg langsung spontan berlari untuk mengambil ke tiga buku itu, benar saja, slendrina ternyata melepaskan buku itu. Di kanan ia bisa melihat duel hebat antara slendrina dengan parno yg di coba untuk di jatuhkan nya

"aku dapat!" seru udin yg sudah memegang ke tiga buku itu

"bagus! Sekarang langsung larilah!" tanpa pikir panjang udin segera menurutinya dan berlari pergi, sesuai rencana udin menunggu di awal lorong tempat parno masuk. Sementara itu parno terus mencoba melepas genggaman slendrina itu dan terus mencoba untuk tidak menatap matanya, genggaman nya kali ini benar-benar kuat. Tapi akhirnya setelah ia memaksakan seluruh tenaganya, parnopun berhasil melepas cengkraman itu dan segera berlari menuju lokasi udin.

"ayo cepat!" seru parno setelah muncul dari lorong, keduanya segera berlari meninggalkan area ini.

Mereka membuka pintu dan masih dalam keadaan berlari udin pun membuka kembali dena yg sudah mereka buat, parno mengambil dena itu dan melihatnya

"belok kiri lalu belok ke kanan ada buku di tengah-tengah lorong" ujar parno dalam langkah kaki mereka.

keduanyapun belok ke lorong kiri lalu belok lagi ke kanan, benar saja, ada satu buku tergeletak di lantai. Udin dengan mudah mengambilnya hanya dalam sekali tangkapan.

"di depan ada ruangan, masukilah" ucap parno lagi
Mereka melihat pintu kayu, parno segera mendobraknya. Benar bukunya berada di sudut kiri ruangan kecil ini udin segera mengambilnya dan berbalik menuju parno dan mulai berlari lagi

"jika terus ke depan ada jalan buntu, kita harus berbelok ke kiri"

"baik!" respon udin masih bersemangat
Mereka berbelok ke kiri

"di depan terus saja ada buku di tengah jalan"

"bagus, akan mudah mengambilnya" ucap udin

Tapi Mereka tak melihat buku yg maksud, buku itu tidak ada di lantai

"dimana!?" udin mulai panik

"lihat dinding" seru parno mengarahkan senternya ke dinding kiri. Ternyata bukunya menempel di dinding, udin segera mengambilnya
Mereka masih berlari tapi udin sudah mulai kelelahan membawa buku-buku tua yg semuanya terlihat tebal itu

"bagus, sudah berapa buku" tanya parno tanpa menghentikan langkahnya

"Sudah ada enam" jawab udin singkat

"di depan ada pintu, itu ruangan saat pertama kita bertemu, bukunya ada di atas meja" seru parno yg juga mulai kelelahan

"ya aku ingat!" udin tak terlalu banyak berkata-kata, karena ia juga sudah merasa sangat kelelahan

Mereka melihat pintu itu, udin segera mengambil bukunya di atas meja

"bagus! Sekarang buku terahir, jalan ini juga menuntun kita ke pintu utama" udin merasa suatu semangat merasuk ke dalam tubuhnya mengetahui perjuangan mereka hampir berhasil.

"belok ke kiri ada lorong cukup panjang, ada buku di tengah-tengah" parno memberi petunjuk lagi
Sampai di penghujung lorong mereka belok kiri, ini lorong yg benar-benar panjang, lebih panjang dari di dalam dena.

"hyaaaaarrrggghhh!!!" suara geraman itu terdengar lagi dari belakang!

"slendrina mengejar kita!" seru udin mulai panik

"sial, hampir sedikit lagi. Ayo cepat!" seru parno mempercepat larinya, buku itu terlihat, buku nya tergantung pada seutas tali, parno dengan sigap melompat dan mendapatkan buku itu

"bagus! Sekarang tinggal lurus menuju pintu utama!" andrenalin udin bergejolak, rasa gelisah, takut, dan bahagian bercampur aduk di dalam hatinya. Tapi semakin cepat mereka berlari. Semakin cepat pula slendrina itu mengejar mereka.

"ayo cepat! Sedikit lagi!"

"ngaaaarrgggghh!!!" slendrina semakin cepat dan semakin mendekat. Ia mengulurkan tangan nya mencoba meraih kerah baju udin

"itudia pintunya!" pintunya terlihat, parno mendobrak pintu itu hingga terlepas dari tempatnya, tapi saat ia berdiri, ia menyadari udin tak ada di sampingnya

"parnoooo!" ternyata udin tertangkap slendrina!

"tidak, udin!"

"parnooo ambil ini!" seru udin melempar ke tujuh buku di tangannya.

"buka pintunya! Cepat!"

Parno segera mengambil buku-buku itu dan bergegas menuju pintu utama. Ini satu-satunya pintu di labirin ini yg terbuat dari logam. Parno mencoba membuka pintu ini namun tak bisa

"sial! Kenapa ini!"

"parnoooo!" suara udin itu membuat parno kehilangan konsentrasi
Untuk sesaat parno memfokuskan pikirannya, ia melihat suatu celah di bawah pintu.

"mungkinkah!" tanpa pikir panjang parno segera memasukkan ke delapan buku itu ke dalam cela pintu. Sesaat kemudian parno merasa sesuatu memukulnya membuat parno terpental cukup jauh. iapun mencoba memfokuskan matanya, pintu itu bersinar! Sinarnya sangat terang menyilaukan mata parno

"ngaaaaaaaaaaaartttttttttrrggggghh!!!" geraman slendrina itu benar-benar sangat kuat menggema ke seisi tempat ini, samar-samar dalam silau itu ia melihat slendrina di sana seakan sertarik atau tersedot ke dalam vakum, ia mencoba menggapai parno, namun sesaat sebelum tangan slendrina itu menyentuh parno seluruh tubuhnyapun terhisab ke dalam sana.

"ngaaaaaaaarrrrrrggghhh!!!" geraman nya masih terdengar hingga akhirnya suara itu meredup seiring dengan redupnya cahaya dari pintu itu.

Parno mencari-cari senternya dia menemukannya tak jauh dari tangan nya.

"tek!" senter itu di hidupkan dan di sorotkannya ke arah pintu itu. tapi ternyata pintu itu sudah hilang.

"apa!? Apa yg terjadi!?"

"udin, di mana udin" parno teringat dengan udin segera ia kembali ke tempat udin tadi, tapi saat ia melihat ke sana, udin ternyata sudah tidak ada di sana

"apa!? Udin! Udin!" parno berteriak ke seisi ruangan namun di balas ke heningan.

Tiba-tiba ia merasakan tempat ini bergetar, getaran yg sangat hebat seperti gempa bumi, labirin ini mulai runtuh! Sesaat kemudian langit-langit di atas kepala parnopun runtuh menimpanya.***
"Tidaaaaaaak!" Saat parno tersadar ia terbangun dari tidurnya, ia kebingungan dengan apa yg terjadi, ia melihat ke kiri dan ke kanan. Ini kamarnya! Dia melihat jam terlukis pukul delapan lewat empat lima di sana. Parno bersyukur mengetahui peristiwa tadi malam itu hanyalah mimpi buruk.

"astaga, hanya mimpi"

Ia memegang kepalanya yg terasa sakit. sesaat kemudian parno mengambil ponsel nya dan menghapus permainan slendrina itu dari ponsel nya, ia tidak ingin mengalami mimpi buruk lagi setelah bermain game horor.

Tapi tunggu, di bahu parno itu terlihat seperti luka koyakan. Apakah kejadian semalam itu mimpi, atau benar-benar kenyataan?Tamat...Cerpen di atas adalah hasil ketikan tangan admin sendiri, meskipun masih banyak perubahan yg harus di perbaiki, namun setidaknya bisa menghibur kalian semua. Terima kasih telah berkunjung, tunggu cerpen dan novel berikutnya, saya admin staro pamit, sampai jumpa dan thanks for visit!Note: kalian boleh mengcopy pastle cerita di atas asal menampilkan nama penulis dan alamat blog ini. Terima kasih.

By: Wiko Staro Seftian

Terus Berkarya Dengan Tanganmu Sendiri Dan Berhentilah Meniru Karya Orang Lain }Blog Next Indonesia{